Skip to main content
“Ku Tunggu Kau Di Bawah Hujan”

Ku lirik jam dinding disamping ranjangku, jarum jam menunjukkan pukul 05:00. Astaghfirullah….aku bangun kesiangan. “Ibu…… kenapa aku tidak dibangunkan ?”, gerutuku dalam hati. Seketika aku berlari terbirit-birit menuju kamar mandi untuk bersuci, ku tunaikan kewajibanku pada sang Illahi.
Lima belas tahun silam, seorang ibu dengan susah payah melahirkan anak dan diberi nama, Nafisa Zahrana, Ya… itu nama yang dihadiahkan orang tuaku, untukku. Aku duduk di kelas 1 MA di salah satu Pondok Pesantren di Kotaku. Awalnya aku berontak, tak setuju ketika orang tuaku mengirimku ke pondok, jauh dari rumah. Aku tak kerasan, akhirnya mereka putuskan untuk menyekolahkan aku saja, tanpa tinggal di pondok.
Hari ini tak ada pelajaran, semua santri dan santriwati berkumpul di gedung pertemuan sekolah untuk menghadiri acara peringatan Hari Besar Islam. Sebuah lantunan ayat suci Al Qur’an nan merdu ,menggema di seantero pondok. Aku terkesima mendengarnya, dengan penuh penghayatan ia melantunkan ayat demi ayat bagai salju turun dengan lembutnya, tak terasa suasana hatiku semakin menderu-deru.
“Alfan…Alfan….”, teriak salah satu santriwati.
“”Ohh.. Namanya Alfan..”, gumamku.
Sejak hari itu, aku sering melihat Alfan mengsi acara-acara di pondok, kebetulan ia seangkatan denganku. Ahmad Alfan Al-Ghozaly, seorang anak adam yang membuatku kagum akan keindahan suaranya. Tanpa kusadari, aku memendam rasa untuknya. Entah hanya sekedar perasaan takjub atau cinta monyet yang sedang singgah dihati. Huuhh..aku tak paham. Namun, aku benar-benar mengaguminya. Tak hanya bersuara bagus, namun ia juga pandai.
Sore itu, mendung menyelimuti langit, kiranya akan turun hujan, aku dan teman-teman santriwati menunggu bus di halte dekat pondok, namun tak ada. Hampir satu jam kami menunggu, ku lihat di halte putra, berdiri seorang santri yang juga sedang menunggu bus. Ternyata itu Alfan, sang idola yang diidamkan oleh banyak santriwati di pondok.
Hujan turun dengan lebat, namun tak juga ada bus yang lewat. Ku lihat dari  kejauhan, ternyata Alfan juga masih terpaku disana, hati gemetar….Ya Allah…perasaan apa ini?
Entah kabar apa yang ku dapat tadi, tiba-tiba aku merasa sedih. Ku dengar kabar dari salah satu santriwati bahwa Alfan pindah rumah keluar kota dan otomatis dia tidak lagi sekolah disini. Aku takkan melihatnya lagi, tak akan menunggu bus bersama lagi, meski ia tak tahu bahkan sama sekali tak mengenalku.
Setahun berlalu, tak pernah ku dapat kabar Alfan. Tapi semoga dia selalu dalam lindungan Allah SWT. Amiin… Namun, sering ku lihat ia di TV. Ya semoga ia tak jadi sombong karena ketenarannya dan tak juga menurunkan prestasinya.
Perlahan-lahan aku mulai melupakan Alfan, aku tak ingin terlalu terpaku di satu titik semu. Aku dekat dengan salah satu seniorku, Rifky Muzakky, tak lama kemudian kita jadian, meski aku tahu ka Rifky, biasa aku memanggilnya, ia jauh beda dengan Alfan. Ia bukan laki-laki yang baik. Namun, apa mau dikata aku sudah terlanjur suka.
“Ais…apa yang ada dalam fikiranmu? Apa kamu nggak sadar, Rifky itu bukan cowok baik-baik, dia Play boy, tak usahlah kau menghiraukannya Ais…” kata Rani mencegahku.
“Ah…kamu jangan su’udhon Ran, siapa tahu dia bisa berubah jadi baik” ucapku
“Mana mungkin Ais, bisa-bisa kamu yang ikut-ikutan jadi kayak Rifky”
“Naudhubillah dehhh…”
“udah, putusin aja Ais!”.
“Huuh, aku cemberut”.
Lima bulan ku jalani hubungan dengan Rifky, ku rasakan perubahan pada diriku. Aku yang sekarang sama sekali bukan seperti aku yang dulu. Baru ku sadari, ternyata benar apa yang dikatakan sahabatku
”Ais….kamu berubah gini sih? Kata Ifa.
“Berubah gimana Fa? Biasa aja kog.
“Sejak kamu pacaran sam Rifky, kita-kita merasakan ada perubahan pad akamu, jadi jarang kumpul sama kita”
“Ya maaf dech…kalau aku terlalu sibuk sama Rifky”
Brak, ku banting sepatuku di atas lantai, segera aku menuju kamar. Akumenangis sejadi-jadinya. Barusan aku dikasih tahu sama temanku kalau Rifky punya kekasih lain. Aku kecewa berat, tapa pikir panjang kau akhiri hubunganku dengan Rifky meski ia mengelak namun keputusanku udah keukuh.
Beberapa bula berlalu, ku jalani hidup tanpa Rifky, meski terkadang aku masih merindukan saat-saat indah bersamanya. Sedikit demi sedikit aku mulai melupakannya. Kali ini aku deket lagi dengan slah satu santri putra, namanya Andy, menurutku di atampan, mempesona dan baik. Dia seringmemberi kejutan untukku, aku terkesima dengannya.
Akhirnya aku terima cinta Andy, diabaik sekali denganku. Namun, aku tak suksa dengan sikapnya yang terlalu posesif, dia terlalu mengaturku, hidupku dijadwal, bahkan aku pergi kemanapun harus lapor ke dia. Haduuuhhh….aku capek dengan sikapnya. Lali, ku putuskan dia . Aku frustasi, serasa tak ingin lagi mencintai seorang laki-laki yang hanya membuatku susah.
Siapa yang panas, ku gendong tas ransel hitam kesayanganku. Sesuai pelajaran seperti biasa akulangsung menuju halte dekat pondokku untuk pulang. Setibanya di rumah, ku lihat motor berwarna hitam terparkir di depan rumah.
“Heeemmmm ada tamu” gumamku” Umi menyuruhku menyuguhi minuman. Aku pun bersiap-siap
“Subhanallah…Alfan” teriakku dalam hati
Aku terkejut, setelah bertahun-tahun tak bertemu Alfan, sang idola. Danpada hari ini, Allahmempertemukanku dengannya. Akumerunduk tak kuasa memandangnya. Dia diajak ustadnya sowan ke abahku. Kebetulan abahku adlah partner kerja di suatu organisasi. Ya…Allah betapa brbunga-bunganya hatiku. Sekian lama tak kujumpai dia, ternyata dia malah ke rumahku…..ckckckck ternyata dunia memang smepit.

“Ais..Ais…” teriak Dina
“Ada apa Din? Jawabku
“Eh iya, tadi malem aku ketemuidola kamu, Alfan, tahu gak? Dia nyain kamu lho….”
“Serius din?”
“Iya Ais, dia Tanya nama kamu siapa?
“Trus kamujawab gimana din?
Patinya ya Nafisa Zahrana lah, masak Dina Chairina, kamu ini aneh” Dia meledekku
“kamu bisa aja din”
Alfan seringmenitipkan salam utukku, kebetulan dia tetangga Dina
“Ting..ting HP ku berunyi, tanda ada sms masuk
“Assalamu’alaikum Neng Ais? Tertulis d isms tersebut tanpa nama
Wa’alaikum salam, ini siapa? Jawabku
“Maaf menggangu saya Ahmad Alfan Al-Ghozaly”
“Deg…deg….deg…serius gak nih? Fikirku.
Tak kubalas sms dari Alfan. Aku tak percaya, seorang Alfan bisa-bisanya sms aku (lebay dech) jantungku serasa mau copot,denyut nadiku seolah-olah berhenti, aliran darahku smekin cepat. Lalukubalas smsnya. “ oh…Alfan” balasan yangsingkat padat namuntak jelas. Akuberada di tingkat teratas kelaebayanku..hehehehe
Ku nikmati hari-hari dengan Alfan, aku jadi sering bertemu dia, kebetulan saat ini ia liburan. Dia juga sering datang ke pondokku, untuk sekedar mengunjungi teman-teman lamanya.
Sore itu aku mengantar dina pulang, karena dia lagi sakiut dan tak bisa pulang sendiri. Di tengah jalan aku bertemu Alfan, lalu kita berhneti di bwah pohon dan berbincang-bindang sebentar.
Tes….tes….wah hujan turun” kataku
“Ya seperti dulu saat kita menunggu bus di halte” sahut ALfan
Aku menatapnya tajam dan kurundukkan kepalaku (aku tersipu) ternyata Alfan sudah mengetahui dari dulu” gumamku kege-Eran
“dari dulu aku sudah memperhatkanmu Ais, namun tak berani berkenalan dengan mu”
Aku hanya tersenyum melihatnya. Hujan reda, aku dan Lfan pulangke rumah masing-masing.
Alfan balik ke pondok, hariku serasa sepi. Tak ada telepond arinya, tak ada sms darinya. Namun, aku sdar, dia sedang menunaikan kewajibannya untuk menuntut ilmu, aku tak brehak menggangunya dan akupun harus focus dengan sekolahku.
Pagi benar aku berangkat ke pondok. Ku lihat Nida lari terbirit-biriti menuju ke arahku
“Ais………………….teriak Hida
“Ada pa Hid?”
“Ada titipan dari Alfan, dia nitip surat buat kamu”
Makasih hid
Hatiku gemetar, perlahan ku buka surat dari Alfan dan aku baca

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Tak pernah terbesit di benakku
Sosok wajah asing masuk dalam kehidupanku
Ingn ku berlari jauh dari semua itu
Namun aku tak kuasa menghindari bayangmu
Tiada kata yang mampu ku ucap saat ku menatap
Wajahmu yang begitu teduh..

Dengan datangnya surat ini, aku hanya ingin
 Mengatakan, aku hanya ingin mengutarakan apa
yang sebenarnya ada dihatiku,
Akumencintaimu Ais…
Maukah kau menjadi kekasihku

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ahmad Alfan Al Ghozaly

Berhari-hari tak kubalas surat dari ALfan. Aku masih tak percaya seorang Ahmad Alfan Al Ghozaly yangmenjadi idola para santriwati di pondok bahkan se jawa. Ternyata dia menyukaiku… Subhanallah tak kuasa akumenitikkan air mata.
Alfan mengajakku pregi ke taman biasa kita bertemu. Mungkin dia tak sadar dan tak tahu alas an megapa aku takmembalas suratnya.
“Ais mengapa kau tak membalas suratku?
Maafkan aku, mungkin belum waktunya akumembalas suratmu
Baiklah Ais, tapi lusa aku balik ke pondok, kuharap besok kau mau membalas pertanyaanku kemarin”
“insya Allah”

Tepat pukul 23:45 aku sms dia, dengan mantap aku menjawab, aku mau menjadi kekasihnya. Dan kami jadian, semoga Allah meridhoi hubungan kita aminn
Aku menangis bahagia. Aku benar-benar bahagia. Tak ku duga sama sekali akumenjadi kekasih Alfan.. Heeem

****************
Beberapa bulan berlalu akumerasa nyaman aku bahagia memiliki Alfan, meski kita jarang bertemu, meski jarang berkomunikasi tapi nikmat rasanya. Aku sangat bangga dengan Alfan, ia pintar, bersuara merdudan juga baik hati. Ia telahmerubahku menjadi lebih baik, ia mengajariku arti kesetiaan, di saat aku jauh darinya. Ia bagai lilin di kegelapan. Terima kasih Alfan.

Namun semua tak semulus yang ku kira, sepandai-pandai tupai meloncat pasti jatuh juga. Begitu pula hubungan kami, serapat-rapat kami menyembunyikan hubungan ini pasti aka nada yang mengetahuinya. Orang tua Alfanmarah saat mereka mengetahui kalau Alfanpunya pacar. Karena Alfan dilarang pacaran sebelum ia lulus.
Aku duduk dikursi panjang menunggu Alfan, Mas Alfan gak ingin berpisah dengan Ais. Mas Alfan masih sangat mencintai Ais. Tapi bagaimana lagi. Orang tua Mas tidak meridhoi hubungan ini Ais, mereka tidak ingin mas terganggu karena masalah pacaran.
Tak sepatah katapun keluar dari bibirku. Aku mengais sejadi-jadinya. Tak bisa ku banyangkan akumasih sangat mencintai Mas Alfan.
Aku menatap Mas Alfan, iamenangs, tak sanggup ia melihatku. Baru kali ini aku melihat Mas Alfan menagis. Biasanya ia yang menegarkanku. Aku masih terpaku diam…tak ada kata yang dapat aku ucapkan.
Mas Alfan tak tega melihatku. Lalu ia memutuskan menjalani hubungan diam-diam tanpa sepengetahuanorang tuanya. Aku sudah melarangnya dan memintanya untuk menuruti apa kata orang tuanya. Tapi ya sudahlah..aku jugamasihmencintainya, meski aku tahu bahwa hal ini sama sekali tidakbaik.
Sabtu pagi Mas Alfan mengajakku ke pantai. Diboncengnya ku dengan motor mtic kesayangnya. Kebetulan hari itu libur, banyak orang ke sana.
Kita duduk berdua dibawah pohon pinus deket pantai. Mas Alfan memberiku tiga buah batu karng,satu pipih, kecildan panjang, yang satu lagi bulat pipih dan yang satu lagi besar tapiberlubang.
“Kamu pilih karang mana yang kamu suka” kata Mas Alfan
“Heemm..aku pilih semuanya mas heeee
“Gak bisa Ais, kamu harus pilih salah satu dari ketiga batu karang ini”
Emangnya buat apa mas? Aku penasaran
“pilih dulu, ntar mas kasih tahu
“akupilih yang kecil, sahutku
Beneran pilih yang kecil?
Iya mas
“Gini Ais, batu yang pretama melambankanorang yang sederhana, apa adanya meskipun ia kecil tapiia berguna. Batu kedua, iamemiliki jiwa yanglapang, tapi ia gampang marah karena sifatnyayang suka berpikir pendek. Dan yang ketiga dia baik hati tapi ia gampangmenerima suatu hal yang baru baik itu jelek maupun baik tanpa difilter. Sekarang Ais faham akan? Aku tersenyum dan terkesima oleh nya. Mas Alfan begitu pandai, aku semakin mengaguminya. Akumencintaimu mas…

******************
Hari berganti hari, aku merasakan ada yang berbeda dari Mas Alfan. Dia tak lagi seperti dulu. Dia semakinmenjauh dariku, sikapnya menjadi dingin, aku tak tahan.
“Mas..kamu kenapa? Tanyaku
“Gak kenapa-kenapa Ais…
“Ada yang beda dari mas, sikap mas jadi dingin ke aku
“Enggak Ais, mungkin itu hanya perasaan Ais saja
“Semalaman aku memikirkan mas Alfan. Lalu ku kiimkanpesan padanya
“mas Alfan..apakah mas sudah tidak mencinatiku?
Aku tak tahan dengan sikap mas yang seperti ini
Kalau memang iya, aku rela berpisah dengan mas Alfan
Aku tak mau menjalin hubungan dengan orang yang sudah tak mencinatiku lagi”
“Besok mas jelaskan, temui mas di taman” balsanya.

****************
Keesokan harinya, akumenemui mas Alfan di Taman. Ku lihat dia sudah duduk termenung disana.
“Mas sudah lama”
Baru sja
“Heemmm…mas mau ngomong apa?
“Seblumnya mas minta maaf Ais, belakangan ini mas sering kena marah, baik dari oang tua maupun pondok. Mas ketahuan punya pacar. Sedangkan di pondok gak boleh pacaran. Mas minta hubungan kita berakhir sampai disini. Maafin mas Ais!
Tak ada jawaban dariku
“Ais… percayalah mas Alfan masih sangat mencintai Ais. Jika memang kita berjodoh, pasti Allah akan mempersatukan kita lagi, percayalah Ais!”
Aku pergi meninggalkan mas Alfan, aku duduk di bawah pohon, aku mengais sejadi-jadinya. Aku tak kuasa berfikir. Mas Alfan mengakhiri hubungan ini. Seakan langitpun ikut menangis bersamaku, tubuhku basah kuyup diguyur hujan aku tak peduli.

**************
Setahun berlalu tak prnah ku dapat kabar dari mas Alfan. Aku masih tak percaya, masih lakat dalam fikiranku memori-memori bersamanya. Meski aku tak tahu apa dia masihmencintaiku atau tidak. Namun satu hal yang dapat ku fahami, aku tak dapat menghapus cintanya dari hatiku. Aku masih berharap kelak Allah akan menyatukan cinta kita lagi.



Di bawah pohon, di taman biasa kita bertemu, aku duduk termenung, kugenggam batu karang pemberian Mas Alfan dulu. Aku menangis mengingatnya, di temani tangisan langit, hatiku terasa sayu. Hingga kini aku masih menunggunya di bawah hujan yang setia menemaniku.

                                                                                  Bojonegoro, 20 November 2012

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pengalaman Tes AcEPT di UGM Bagi kalian mahasiswa-mahasiswi UGM pasti sudah tidak asing jika ada yang menyebut kata AcEPT. Apa sih AcEPT itu? AcEPT adalah singkatan dari  Academic English Proficiency Test yang merupakan sebuah test yang diselenggarakan oleh UGM sebagai salah satu syarat untuk melanjutkan jenjang kuliah S2 maupun S3 di UGM. Selain itu, ada beberapa kampus yang juga memperbolehkan calon mahasiswanya menggunakan nilai AcEPT untuk mendaftar kuliah lanjut di sana. Setau saya, Universitas Brawijaya juga memperbolehlan calon mahasiswanya menggunakan hasil nilai AcEPT untuk mendaftar program magister. AcEPT sendiri memiliki sistem penilaian yang berbeda dengan English proficiency test yang lain, jika TOEFL memiliki sistem penilaian 400, 500, atau bahkan sampai 677. AcEPT memiliki sistem sendiri yaitu 209, 268, hingga tertinggi 426. Nah, buat kalian yang tertarik untuk mengikuti tes tersebut atau yang sedang kebingungan untuk mendaftar tes tersebut kalian...
Tentang 'Kakak' Pagi menyapa, menaburkan hembus wangi embun sejenak terdiam beku, menatap selembar kertas nan lusuh terpaku, melihat sebuah gambar penuh semangat dan kebanggaan senyumnya merekah, tanda gambaran hatinya kala itu Aku sesaat terdiam, lalu senyum kecil pun turut menyusul disana kulihat 'kakak' menyajikan senyum indah untuk penikmat hatiku terenyuh, mengingat jejak-jejak lalu 'kakak' jejak penuh sejarah tentang perjuangan, persahabatan dan pengorbanan Ingatan merujuk ke sore lalu, saat nama 'kakak' hadir dilembar-lembar mimpiku mimpi masa depan tentang indahnya kehidupan namun, aku tak ingin 'kakak' hanya singgah dilembaran itu ku harap, esok 'kakak' benar-benar nyata *for 'kakak' *